14 April, 2015

Joyful Learning

Posted by Unknown on 15.58 in | No comments

A.    JOYFUL LEARNING SEBAGAI PENDEKATAN BELAJAR BARU
Joyful-learning merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berusaha menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan anak didik sehingga anak dapat mengembangkan segala potensinya dengan usaha yang normal untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Pendekatan pembelajaran semacam ini hanya dapat dilaksanakan jika paradigma pembelajaran berubah. Selama ini pendekatan behavioristik dalam pembelajaran sangat kental mewarnai dunia pendidikan kita. Sementara itu pendekatan humanistik dan konstruktivis kurang mendapat penekanan. Suasana batin anak didik yang digambarkan tersub diatas (selama menempuh pendidikan dalam suasana tertekan jiwanya) lebih diwarnai oleh aliran behavioristik dalam pembelajaran. Hal ini terkait dengan pengajaran target materi pengetahuan yang harus dikuasai oleh siswa dalam kurun waktu tertentu. Oleh sebab itu perlu adanya keberanian mulai dari pihak pembuat aturan pendidikan sampai pelaksana di lapangan untuk menetapkan kebijakan dengan belajar yang lebih menyenangkan siswa.
   Kunci utama pembahagiaan anak didik dalam konteks pembelajaran adalah pemberian hak dan kewajiban yang seimbang pada mereka untuk merealisasikan dirinya secara maksimal dalam belajar dan pembelajaran berbasis lingkungan. Peran guru dan pengelola sekolah sangat menentukan dalam penciptaan kondisi dan situasi belajar mengajar yang terjadi di sekolah.


Perbandingan pandangan itu memberikan pemahaman kepada kita bahwa tampaknya pandangan kontruktivistik lebih memberikan peluang topangan joyful-learning daripada pandangan behavioristik dalam pembelajaran. Oleh sebab itu pembelajaran lingkungan hidup akan lebih hidup jika ditopang oleh pendekatan yang lebih dapat memberikan kemungkinan anak didik mencapai kepuasan dengan penuh kebebasan dalam menempuh pendidikan, sehingga muncul pribadi-pribadi yang tangguh mandiri dan bertanggungjawab.

B.     LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR
Dilihat dari segi sekolah sebagai lembaga pembelajaran, ligkungan dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1.      lingkungan internal sekolah yang terdiri atas: a) lingkungan fisik mulai dari fasilitas belajar, bangunan, sampai dengan tanah pekarangan sekolah, b) lingkungan sekolah yang terdiri atas antara personel hubungan guru-guru, siswa-guru, siswa-siswa, siswa-pegawai, siswa-pimpinan dan seterusnya, c) lingkungan hidup baik berupa binatang maupun tumbuhan yang ada di lingkungan sekolah.
2.      lingkungan eksternal sekolah yang berupa: a) orang sebagai sumber belajar, misalnya tokoh masyarakat, tokoh agama, para pejabat, dokter, ahli hukum, militer dan polisi, dan profesi lain yang relevan; b) benda sebagai sumber belajar, misalnya benda purbakala, bangunan, sungai benda kerajinan dan produk lainnya; c) organisasi sebagai sumber belanja, misalnya organisasi profesi, organisasi kepemudaan, LSM, dan organisasi sosial kemasyarakatan; d) binatang dan tumbuhan sebagai sumber belajar, termasuk kebun binatang, kebun raya, hutan, kolam ikan ,sawah, dsb,; e) instansi/lembaga sebagai sumber belajar, misalnya pabrik, perusahaan, bank, rumah sakit, kantor pemerintah mulai kementrian, gubernuran, peda, sampai RT dan RW; dan f) lingkungan pergaulan anak di masyarakat.
   Lingkungan dapat pula dibagi menjadi lingkungan fisis, lingkungan sosial, dan lingkungan psikologis. Lingkungan fisis berkait dengan semua benda fisis baik benda hidup maupun benda mati, lingkungan sosial berkait dengan hubungan antara manusia baik secara informal maupun formal, da lingkungan psikologis merupakan suasana kejiwaan setiap individu dan orang lain dalam konteks pergaulan hidupnya dan dalam pergaulan pendidikan.
Berbagai lingkungan internal dan eksternal sekolah tersebut dapat didayagunakan untuk peningkatan kemauan hidup anak didik. Setiap materi yang dipelajari hendaknya langsung diaplikasikan dalam kehidupan dengan mendayagunakan lingkungan yang ada disekitarnya. Metode belajar dan pembelajaran dilaksanakan variatif dengan menekankan layanan kepada anak didik sesuai dengan gaya belajarnya. DePorter dan Hernacki (2001) membagi gaya belajar siswa menjadi tiga, yaitu: visual (lebih pada lihat), auditorial (lebih kuat pada dengar), dan kinestetik (lebih kuat pada melakukan). Pembelajaran yang menggembirakan adalah yang dapat melayani gaya belajar anak masing-masing.

C.    JOYFUL-LEARNING DENGAN PENATAAN LINGKUNGAN BELAJAR
   Lingkungan belajar anak di sekolah perlu ditata sedemikian rupa sehingga anak didik dapat belajar yang nyaman, cerah dan menyenangkan baik lingkungan fisik maupun mental. Penataan lingkungan belajar bagai menata panggung pentas belajar yang menopang kegairahan belajar. Oleh sebab itu lingkungan belajar harus ditata dengan:
1.      menciptakan suasana nyaman dan santai,
2.      menggunakan musik yang terjaga agar siswa siap berkonsentrasi,
3.      menciptakan suasana hati anak didik dengan pelbagai jenis musik
4.      menggunakan pengingat-pengingat visual untuk mempertahankan sikap positif, dan  
5.      interaksi dengan lingkungan secara nyata (DePorter dan Hernacki, 2001)
Untuk menciptakan lingkungan yang optimal, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, antara lain ;
1.      Perabotan yang menyangkut jenis dan cara penataan
Jenis perabotan yang ditata di ruang belajar di rumah dan di ruang belajar di sekolah disesuaikan dengan gaya belajar anak. Penataan perabotan di ruang belajar dan di kelasyang nyaman memungkinkan anak merasakan suasana batin yang bahagia dan tenteram untuk dapat memulai dan melaksanakan aktivitas belajar secara optimal.
2.      Pencahayaan
Cahaya yang digunakan dalam belajar harus memadai agar tidak melelahkan mata. Pengaturan sumber cahaya harus tidak menimbulkan bayangan yang mengganggu sasaran yang dibaca atau dikerjakan.
3.      Musik
Dari hasil penelitian Dr. Georgi Lazanov ditemukan bahwa relaksasi yang diiringi Musik membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi. Hal ini berkaitan dengan detak jantung anak dalam belajar. Ketika mengerjakan pekerjaan mental yang berat, tekanan darah dan denyut jantung meningkat, gelombang otak meningkat, dan otot-otot menjadi tegang. Pengenduran dan relaksasi terjadi melalui suara musik yang mengalun dengan merdu.
4.      Lingkungan Visual
Lingkungan visual ditempat belajar dapat menjadi pemacu semangat dan memelihara jiwa seseorang intuk merasa istimewa. Pemampangan poster, gambar, slogan, kata-kata mutiara, piala, plakat penghargaan, sertifikat, ucapan terima kasih, foto keberhasilan yang diyakini membawa dampak positif sangat membantu belajar anak.
5.      Lingkungan dunia yang lebih luas
Lingkungan belajar anak diperluas dengan berinteraksi dengan alam dan situasi sekelilingnya. Apa yang dipelajari dapat langsung diuji-cobakan di lingkungan sekitarnya. Ambilah contoh kecil ada lahan tanah sempit di halaman atau di kebun, atau pot. Setelah memperoleh pelajaran IPA, anak dapat mengolah lahan itu sesuai dengan pengetahuannya. Dengan begini anak merasa memiliki prestasi dan memupuk kebanggaan diri untuk melanjutkan pada tahap berikutnya.
6.      Temperatur
Temperatur dimana kita belajar dan bekerja hendaknya diatur sesuai dengan kebutuhan. Hal ini dapat dilakukan dengan perpindahan tempat belajar yang sudah membawa suasana kejenuhan, karena di sekolah-sekolah kita masih miskin sehingga belum mampu memasang air conditioner.
7.      Tanaman dan binatang kesayangan
Lingkungan yang nyaman terdapat tanaman baik di kelas maupun di luar kelas dan binatang kesayangan yang di samping menciptakan suasana lingkungan yang kondusif sekaligus sebagai medan belajar bagi anak didik.
8.      Kenyamanan dan suasana hati
Kenyamanan belajar dapat tecipta jika belajar sesuai dengan waktu yang dibutuhkan dan kemampuan fisik dan mental yang dialami. Jika seorang siswa mengacungkan tangan untuk minta istirahat, di situlah waktunya ia minta jeda. Dalam belajar, yang paling diingat anak adalah informasi yang diperoleh pada awal dan akhir dari apa yang dipelajari. Makin banyak masa istirahat, makin banyak informasi yang diingat. Kedua ketika menjadi letih, perubahan keadaan mental dengan istirahat akan menyegarkan kembali sel-sel otak untuk siap melangkah selanjutnya. Strategi penciptaan suasana belajar semacam ini akan membawa dampak lebih berhasilnya anak menguasai pengalaman belajarnya.

D.    JOYFUL-LEARNING DENGAN PENATAAN LINGKUNGAN PEMBELAJARAN
            Pembelajaran dengan pendekatan joyful-learning berusaha memberikan kebebasan dan kebahagiaan kepada anak didik agar mereka mencapai keberhasilan, kesempurnaan, kepercayaan diri dan motivasi untuk melaksanakan pekerjaan berikutnya. Pembelajaran yang menyenangkan untuk pembelajaran lingkungan hidup harus ditata sedemikian rapi dan hidup dengan prinsip “segalanya berbicar”. Anak didik adalah tamu-tamu agung (sesuai dengan kedudukan mereka sebagai subyek didik) yang harus diundang ke sekolah untuk acara penting, yaitu BELAJAR. Lingkungan yang ada di sekolah menjadi pembentuk pribadi anak didik yang dapat diterapkan dilingkungan rumah, masyarakat, dan kehidupannya.
Penggunaan warna yang cerah baik untuk dinding kelas maupun perlengkapan belajar yang di sediakan sekolah membawa suasana batin anak gembira. Alat bantu mengajar dan belajar akan sangat membantu untuk berinteraksi dengan lingkunganya sehingga tidak saja menopang persepsi verbal tetapi juga persepsi konkret anak. Alat bantu ini dapat berupa benda sesungguhnya, bisa bentuk tiruan tiga dimensi, dapat pula bentuk foto atau gambar.
            Membawa anak keluar kelas dan ke luar sekolah akan sangat membantu interaksi anak dengan lingkungan. Pergi ke sawah, ke gunung, taman, makam, candi, pasar, dsb. Akan membawa suasana batin anak relaksasi sambil belajar.
            Pengaturan meja-kursi di kelas akan membawa suasana segar dalam belajar. Sekali waktu meja dirapatkan ke dinding ketika memberikan tugas perorangan, sementara di tengah dapat digunakan untuk bimbingan kelompok kecil, dapat juga bentuk tapal kuda, atau lingkaran atau kursi di putar menjadi kelompok-kelompok kecil. Anak di kelas dapat belajar di lantai atau di pojok-pojok kelas tanpa harus menggunakan bangku.
            Tumbuhan, aroma, hewan kesayangan, penerangan, ventilasi, dan musik menjadi paduan okestratik dalam penciptaan iklim belajar yang bernuansa lingkungan untuk mendukung belajar anak. Dengan penciptaan lingkungan belajar semacam ini anak akan merasa “Home” sehingga anak akan tidak tertekan secara psikologis tetapi justru dibuat “kangen” untuk datang ke sekolah.   


0 komentar:

Posting Komentar