ANALISIS
PERENCANAAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
A. Pengertian Perencanaan Pendidikan
Untuk mengetahui pengertian perencanaan pendidikan harus diketahui terlebih dahulu definisi perencanaan dan pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online) bahwa perencanaan adalah proses, cara, perbuatan merencanakan (merancangkan), sementara pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.
Ada beberapa definisi yang diungkapkan para ahli mengenai kata perencanaan sebagai berikut:
1. Abdulrachman (1973), Perencanaan adalah pemikiran rasional berdasarkan fakta-fakta dan atau perkiraan yang mendekat (estimate) sebagai persiapan untuk melaksanakan tindakan-tindakan kemudian.
2. Siagian (1994), Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penetuan secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian yang telah ditentukan.
3. Terry (1975), Perencanaan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat serta menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa datang dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu.
4. Kusmiadi (1995), Perencanaan adalah proses dasar yang kita gunakan untuk memilih tujuan-tujuan dan menguraikan bagaimana cara pencapainnya.
5. Soekartawi (2000), Perencanaan adalah pemilihan alternatif atau pengalokasian berbagai sumber daya yang tersedia.
Sementara itu kata pendidikan memiliki banyak definisi yang masing-masing definisi sangat dipengaruhi oleh persepsi dan sudut pandang tokoh atau yang mendefinisikannya, antara lain:
1. John Dewey,
Pendidikan adalah proses pembentukkan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
2. Langeveld,
Pendidikan adalah usaha yang sadar untuk mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa.
3. Hoogveld,
Pendidikan adalah proses membantu anak supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri.
4. Rousseau, Pendidikan adalah usaha memberi pembekalan yang tidak ada pada masa anak, akan tetapi dibutuhkan pada waktu dewasa.
5. Ki Hajar Dewantara,
Pendidikan adalah usaha menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar ia sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Jadi dengan demikian perencanaan pendidikan adalah suatu proses menetapkan keputusan yang berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sumber sumber yang akan diberdayakan, dan teknik atau metode akan dipilih secara tepat untuk melaksanakan tindakan selama kurun waktu tertentu agar penyelenggaraan pendidikan dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan bermutu.
B. Metode-Metode Analisis Perencanaan Pendidikan
Ada beberapa metode analisis perencanaan pendidikan yang perlu dipahami oleh setiap penyusun perencanaan pendidikan, antara lain:
1. Analisis sumber-cara-tujuan (mean-ways-end analysis).
Metode ini digunakan untuk meneliti sumber-sumber dan alternatif untuk mencapai tujuan pendidikan. Tiga hal yang perlu dianalisis dalam metode ini, yaitu: means yang berkaitan dengan sumber-sumber yang diperlukan, ways yang berhubungan dengan cara dan alternatif tindakan yang dirumuskan dan bakal dipilih dan ends yang berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai. Ketiga aspek tersebut ditelaah dan dikaji secara timbal balik. Sebagai penyusun perencanaan pendidikan yang menggunakan metode ini, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
a) melakukan analisis tentang sumber daya yang ada, baik sumber daya internal atau eksternal yang dimiliki;
b) melakukan analisis tentang beberapa metode (cara) atau strategi yang dapat dilakukan dalam proses pelaksanaan program yang telah dirancang, agar efektif dalam pencapaian tujuan; dan
c) melakukan analisis tentang tujuan jangka pendek, menengah dan tujuan jangka panjang secara integral dan berkesinambungan.
2. Analisis masukan-keluaran (input-output analysis).
Metode ini dipakai untuk menganalisis beberapa faktor input pendidikan, proses pendidikan dan output pendidikan. Sebagai penyusun perencanaan pendidikan yang menggunakan metode ini, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
a) melakukan analisis tentang faktor-faktor input pendidikan, misalnya:
1) analisis memiliki kebijakan mutu sekolah;
2) analisis sumber daya tersedia dan siap;
3) analisis tentang harapan prestasi yang tinggi;
4) analisis terhadap pelanggan (khususnya pada peserta didik yang masuk);
5) analisis manajemen MBS (Dirjen Dikdasmen, 2006; Bafadal, I. 2003);
b) melakukan analisis tentang proses layanan pendidikan, misalnya:
1) analisis efektivitas proses belajar mengajar;
2) analisis kepemimpinan sekolah yang demokratis;
3) analisis pengelolaan SDM dan keuangan yang efektif, transparan dan akuntabel;
4) analisis sekolah berbudaya mutu;
5) analisis sekolah yang memiliki teamwork yang kompak, cerdas, visioner dan dinamik;
6) analisis kemandirin dalam pengelolaan sumber daya sekolah; dan sebagainya (Dirjen Dikdasmen, 2006)
c) melakukan analisis output pendidikan, misalnya:
1) analisis kualitas karya sekolah;
2) analisis produktivitas warga sekolah;
3) analisis lulusan dengan kebutuhan masyarakat; dan sebagainya.
3. Analisis ekonometrik (econometric analysis).
Metode ini lebih dekat dengan pendekatan perencanaan pendidikan model untung rugi atau keefektifan biaya. Sebagai penyusun perencanaan pendidikan yang menggunakan metode ini, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
a) melakukan analisis secara empirik atau kuantitatif tentang sumber daya dan sumber dana yang dimiliki oleh lembaga, yang berpotensi untuk bisa dikembangkan secara maksimal dalam rangka meraih keuntungan finansial secara maksimal; dan
b) melakukan analisis tentang peluang output dari layanan pendidikan yang dapat terserap oleh dunia usaha atau industri, sehingga layanan pendidikan yang diberikan betul-betul mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Oleh karena proses layanan pendidikan yang tidak bernilai produktif (memberi nilai ekonomis) harus ditiadakan.
4. Analisis diagram sebab akibat (Cause-effect diagram)
Metode ini dipakai dalam perencanaan yang menggunakan sekuen hipotetik untuk mendapatkan gambaran masa depan yang lebih baik. Metode ini hampir sama dengan pendekatan strategik.
Sebagai penyusun perencanaan pendidikan yang menggunakan metode ini, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
a) melakukan analisis beragam problem atau beragam tantangan yang akan dihadapi oleh dunia pendidikan di masa yang akan datang. Oleh karena itu diperlukan adanya analisis SWOT (Strength atau kekuatan, Weakness atau kelemahan, Opportunity atau kesempatan, dan Threat atau ancaman) secara cermat pada semua aspek atau bidang-bidang pendidikan yang akan dikembangkan. Tujuan dilakukan analisis SWOT adalah untuk mengenali tingkat kesiapan setiap bidang pendidikan atau aspek kelembagaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan; dan
b) melakukan analisis tindakan atau langkah-langkah yang tepat, yang dapat dilaksanakan dalam menghadapi beragam tantangan atau problem yang muncul pada era yang akan datang.
5. Analisis siklus kehidupan (life-cycle analysis).
Metode ini dipakai untuk mengalokasikan sumber daya yang ada di sekolah dengan memperhatikan siklus kehidupan produksi atau output layanan pendidikan (lulusan), proyek, program dan proses kegiatan layanan pendidikan.
Tahapan yang perlu diperhatikan oleh penyusun perencanaan pendidikan yang menggunakan metode ini, adalah:
a) melakukan konseptualisasi program-program dalam perencanaan pendidikan;
b) spesifikasi program-program dalam perencanaan pendidikan;
c) pengembangan prototipe layanan pendidikan;
d) pengujian dan evaluasi program-program dalam perencanaan pendidikan;
e) operasi; dan
f) produk atau output layanan pendidikan (lulusan).
6. Analisis Proyeksi.
Metode ini paling banyak dipakai dalam perencanaan pendidikan di tingkat mikro (lembaga satuan pendidikan). Perencanaan pendidikan yang menggunakan metode proyeksi, akan menghasilkan cara (metode) pemecahan masalah penduduk lima tahunan, data persekolahan, proyeksi penduduk usia sekolah, proyeksi siswa, proyeksi ruang kelas, dan proyeksi kebutuhan guru. Dalam metode ini paling tidak ada tiga metode proyeksi, yaitu: Angka pertumbuhan siswa. Angka pertumbuhan siswa adalah perhitungan kenaikan siswa setiap tahunnnya,
a) Kohort siswa. Kohort adalah bagan yang memperlihatkan arus pergerakan siswa dari sejak masuk di kelas1 sampai yang bersangkutan menyelesaikan program pendidikannya atau lulus/tamat.
b) Arus siswa. Proyeksi arus siswa ini akan memberikan gambaran yang lebih akurat dan tepat karena memberikan data yang mendekati kenyataan. Hal ini disebabkan proyeksi ini menggunakan berbagai parameter yang mengontrol hasil proyeksi tiga arus dari setiap tingkat, yaitu: 1) angka mengulang; 2) angka naik kelas; dan 3) angka putus sekolah
7. Analisis nilai tambah (value added analysis)
Metode ini digunakan untuk mengukur keberhasilan peningkatan produksi atau pelayanan. Dengan demikian, kita mendapatkan gambaran singkat tentang kontribusi dari aspek tertentu terhadap aspek lainnya. Pada dasarnya semua kegiatan perencanaan melalui empat tahapan dasar sebagai berikut:
a. Tahap pertama adalah menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan. Perencanaan dimulai dengan keptusan-keputusan tentang keinginan atau kebutuhan organisasi atau kelompok kerja. Tanpa rumusan tujuan yang jelas, organisasi akan menggunakan sumber daya secara tidak efektif.
b. Tahap kedua yaitu merumuskan keadaan saat ini. Pemahaman akan posisi organisasi sekarang dari tujuan yang hendak dicapai atau berbagai sumber daya yang tersedia untuk pencapaian tujuan merupakan hal yang sangat penting karena tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan datang.
c. Tahap ketiga adalah mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan. Segala kekuatan dan kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasikan untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan.
d. Tahap keempat yaitu mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan. Tahap terakhir dalam proses perencanaan ini meliputi pengembangan berbagai alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan.
C. Langkah-Langkah Penyusunan Perencanaan Pendidikan
Depdikbud (1982), mengemukakan langkah-langkah yang ditempuh dalam proses penyususnan perencanaan pendidikan yaitu:
1. Pengumpulan dan pengolahan data
Perkembangan pendidikan pada masa sekarang sangat perlu diketahui dan dipahami secara jelas oleh perencana pendidikan karena gambaran keadaan itu akan dijadikan dasar untuk penyusunan perencanaan pendidikan.
2. Diagnosis
Data yang sudah terkumpul harus dianalisis dan didiagnosis. Menganalisis data merupakan proses untuk menghasilkan suatu informasi. Mendiagnosisi keadaan pendidikan dapat dilakukan melalui penelitian dengan jalan meninjau segala usaha dan hasil pendidikan, termasuk mengkaji rencana yang sudah disusun tetapi belum dilaksanakan. Dalam mendiagnosis keadaan pendidikan dipergunakan kriteria-kriteria seperti relevansi, efektifitas dan efesiensi.
3. Perumusan kebijakan
Merupakan suatu pembatasan gerak tentang apa-apa yang akan dijadikan keputusan oleh orang lain. Suatu kebijakan di bidang pendidikan dirumuskan secara melembaga oleh pemerintah dengan melibatkan instansi-instansi terkait. Biasanya kebijakan pendidikan sudah dituangkan dalam repelita. Para perencana pendidikan tetap memegang peranan penting terutama dalam memberikan nasehat teknis dalam perumusan kebijakan.
4. Perkiraan kebutuhan masa depan
Perencanaan pendidikan harus mampu memperkirakan kebutuhan masa depan, sehingga rencana yang lengkap dapat disusun. Dalam hal ini gambaran tentang masa depan yang diinginkan merupakan suatu hal yang sangat penting diketahui perencana, berdasarkan dua alasan. Pertama pengetahuan tentang masa depan memberikan arah kepada perencaana untuk mengantisipasikan keadaan dimana hasil perencanaan itu akan berfungsi dan kedua, membantu menentukan target yang realistik dari suatu rencana.
5. Perhitungan biaya
Menghitung untuk semua kebutuhan yang sudah diidentifikasikan di masa datang. Perhitungan biaya dilakukan dengan menggunakan satuan biaya atau standardisasi harga yang berlaku untuk setiap kelompok kebutuhan dengan memperhatikan fluktuasi harga.
6. Penetapan sasaran
Para perencana pendidikan meneliti sasaran-sasaran pendidikan untuk masa yang akan datang.
Dari sasaran itu ditetapkanlah dana untuk masing-masing tingkatan sekolah.
7. Perumusan rencana
Perencanaan yang disusun pada dasarnya ditujukan untuk menyajikan serangkaian rancangan keputusan untuk disetujui dan menyediakan pola secara matang.
8. Perincian rencana
Rencana yang telah dirumuskan dilakukan dengan cara, yaitu penyusunan program dan identifikasi serta perumusan proyek. Penyusunan program adalah membagi-bagikan rencana ke dalam kelompok kegiatan. Setiap kegiatan dalam kelompok ini harus saling menunjang, dan meuju tujuan yang sama.
9. Implementasi rencana
Fase ini sudah sampai pada pelaksanaan rencana yang disusun. Implementasi ini mulai dilakukan apabila masing-masing proyek yang diusulkan sudah disahkan. Oleh karena itu kerangka organisasi untuk berbagai proyek dikembangkan berdasarkan biaya tahunan. Disamping itu dikembangkan rencana operasionalnya seperti pendelegasian wewenang, penugasan tanggungjawab, pengadaan mekanisme umpan balik dan pengawasannya.
10. Evaluasi rencana
Dapat dikatakan sebagai kegiatan akhir dari proses perencanaan sebelum revisi dilakukan. Penilaian berkaitan dengan kemajuan/perkembangan dan penemuan penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan suatu rencana. Penilaian yang dilakukan juga bermanfaat untuk melihat rangkaian kegiatan dalam proses perencanaan.
11. Revisi rencana
Dilakukan berdasarkan hasil evaluasi rencana. Revisi bertujuan untuk memperbaiki, melengkapi atau menyempurnakan rencana yang akan datang berdasarkan pengalaman masa lalu (rencana yang sudah dilaksanakan).
D. Masalah Perencanaan Pendidikan di Indonesia
Masalah yang terjadi dalam proses perencanaan pendidikan di Indonesia menjadi kendala tersendiri untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada beberapa masalah dalam perencananaan pendidikan yang dilihat dari berbagai aspek, yaitu
1. Rendahnya kualitas sarana fisik
Kualitas sarana fisik dalam menunjang pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan, terbukti dengan masih banyaknya sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, koleksi buku perpustakaan yang tidak lengkap, laboratorium yang tidak sesuai dengan standard, serta pemakaian teknologi informasi yang tidak memadai. Bahkan masih ada sekolah yang tidak mempunyai gedung sendiri, tidak mempunyai perpustakaan serta tidak mempunyai laboratorium.
Masalah sarana prasarana ini menyebabkan kendala tersendiri dalam perencanaan pendidikan. Perencanaan pendidikan harus dengan matang mempertimbangan aspek ini, jangan sampai membuat suatu sistem pendidikan yang mempergunakan sarana dan prasarana yang hanya dimiliki oleh sekolah-sekolah dengan fasilitas bagus. Contohnya saja, pendidikan berbasis internet, bagaimana dengan anak-anak di daerah yang belum ada fasilitas internet. Oleh karena itu perencaan pendidikan akan terhambat jika ada faktor yang kurang mendukung.
2. Rendahnya kualitas guru
Tugas guru sebagaimana diatur dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 39 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat, namun banyak guru di Indonesia yang belum memiliki profesionalisme yang memadai dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru.
Guru adalah salah satu faktor penunjang dalam keberhasilan pendidikan. Kualitas guru yang memprihatinkan menjadi kendala tersendiri bagi kualitas pendidikan di Indonesia. Berdasarkan survey Putera Sampoerna Foundation, dimana sebanyak 54 persen guru di Indonesia masih berkualitas rendah (Tribunnews, 2012). Selanjutnya lagi,dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan terungkap fakta bahwa dari 285 ribu guru yang ikut uji kompetensi, ternyata 42,25% masih di bawah rata-rata (Tribunnews, 2012).
Dengan permasalahan ini, perencanaan pendidikan akan ada hambatan. Contohnya saja, sekolah bilingual atau SBI yang sedang marak di Indonesia, seakan kurang menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dengan lulusan luar. Hal ini dikarenakan SDM guru yang tidak mumpuni, yang tidak berkemampuan bahasa inggris, harus mengajar dalam bahasa inggris atau dua bahasa.
3. Rendahnya kesejahteraan guru
Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indoneisa pada pertengahan 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan sebesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp. 1,5 juta, guru bantu Rp. 460rb, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10.000 per jam. Dengan pendapatan seperti itu, maka banyak guru yang melakukan kerja sampingan., sehingga tidak optimal dalam mendidik siswa di sekolah.
4. Rendahnya prestasi siswa
Dengan rendahnya sarana fisik, kualitas guru dan kesejahteraan guru pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. United Nations for Development Programme (UNDP) mengumumkan hasil studi tentangt kualitas manusia melalui laporannya yang berjudul Human Development Report 2004 pada tanggal 15 september 2004, dalam laporan tersebut Indonesia menempati peringkat ke-111 dari 177 negara. Ternyata anak-anak Indonesia hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan mereka sulit untuk menjawab soal-soal yang berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda (Mubtadiin, 2012).
5. Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan
Mahalnya biaya untuk memperoleh pendidikan di Indonesia itu menyebabkan masyarakat yang berpendapatan atau yang kondisi ekonominya rendah lebih memilih untuk tidak menyekolahkan anaknya dan anak-anak tersebut pun lebih memilih bekerja untuk membantu orang tuanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal tersebut adalah salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan di Indonesia.
6. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan
Adanya ketidaksesuaian antara kualitas lulusan kita dengan kebutuhan tenaga kerja menyebabkan masih tingginya tingkat pengangguran di Indonesia. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S3 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri (Kasim, 2009).
7. Mahalnya biaya pendidikan
Adanya stratifikasi dalam pendidikan, menyebabkan masyarakat dengan ekonomi kebawah akan kesulitan mendapat fasilitas pendidikan yang layak. Sekarang ini banyak sekolah dengan pendidikan yang berkualitas dengan biaya yang mahalnya selangit. Sedangkan pendidikan gratis yang disediakan pemerintah cenderung seadanya. Maka stratifikasi ini menyebabkan adanya pula kesenjangan kualitas pendidikan antara anak yang berekonomi berkecukupan dengan ekonomi rendah.
Masalah di atas adalah permasalahan yang secara global dapat menghambat proses perencanaan sistem pendidikan di Indonesia. Padahal, ada Undang-undang yang telah mengatur bagaimana standardisasi aspek pendidikan. Pada bab berikutnya akan dibahas bagaimana masalah pendidikan menghambat proses perencanaan sistem pendidikan.
E. Analisis Penyelesaian Masalah Perencanaan Pendidikan (Problem Solving)
Adanya masalah dalam pendidikan di Indonesia menyebabkan pula adanya kendala dalam perencanaan pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan di Indonesia harus direncanakan dengan mempertimbangkan berbagai hal di atas.
Sistem pendidikan di negara kita telah banyak mengalami perubahan, hal ini mungkin disebabkan karena perencanaan pendidikan yang tidak memahami aspek-aspek yang terkait didalamnya, sehingga sistem pendidikan nasional kita tidak mampu sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia serta lulusan yang dihasilkan tidak relevan dengan kebutuhan tenaga kerja. Hal tersebut menyebabkan sumber daya manusia (SDM) negara kita sulit bersaing dengan SDM asing.
Untuk mengatasi masalah perencanaan pendidikan tersebut, maka dibutuhkan problem solving (penyelesaian masalah) yang tepat. Berdasarkan Sumanto (2011), yaitu:
1. Secara Sistemik.
Adanya perombakan dalam sistem sosial yang berkaitan dengan pendidikan. Sistem pendidikan sangat berkaitan dengan ekonomi, dengan sistem ekonomi sekarang menyebabkan adanya stratifikasi dalam pendidikan. Maka haruslah menciptakan sistem yang menghilangkan adanya stratifikasi dalam pendidikan. Tidak ada lagi kesenjangan fasilitas pendidikan untuk masyarakat ekonomi kuat dan lemah.
2. Secara Teknis.
Solusi secara teknis adalah adanya perubahan dalam aspek kualitas saran prasarana, kualitas guru dan kualitas siswa. Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
Dengan problem solving atau penyelesaian masalah pendidikan, maka proses perencanaan pendidikan pun harus berfungsi dalam merancang sebuah sistem pendidikan yang layak dan tepat untuk masyarakat Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perencanaan pendidikan adalah suatu proses menetapkan keputusan yang berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sumber sumber yang akan diberdayakan, dan teknik atau metode akan dipilih secara tepat untuk melaksanakan tindakan selama kurun waktu tertentu agar penyelenggaraan pendidikan dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan bermutu.
Depdikbud (1982), mengemukakan langkah-langkah yang ditempuh dalam proses penyususnan perencanaan pendidikan yaitu: (a) pengumpulan dan pengolahan data, (b) diagnosis, (c) perumusan kebijakan, (d) perkiraan kebutuhan masa depan, (e) perhtungan biaya, (f) penetapan sasaran, (g) perumsan rencana, (h) perincian rencana, (i) implementasi rencana, (j) evaluasi rencana, dan (k) revisi rencana.
Dengan adanya langkah-langkah perencanaan pendidikan tersebut diharapkan pendidikan di Indonesia akan semakin maju.
Masalah pendidikan di Indonesia seakan menjadi masalah pula untuk pemerintah dalam merencanakan Sistem Pendidikan Nasional. Sistem Pendidikan Nasional selama ini seakan belum meng-cover tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional begitu mulia, tetapi implementasinya tidak sanggup mewujudkannya. Perencanaan sistem pendidikan ini akan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, apabila masalah dalam pendidikan yang telah dibahas dapat teratasi.
B. SARAN
Permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia mengakibatkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Rendahnya kulitas pendidikan di Indonesia menyebabkan keterbelakangan Sumber Daya Manusia Indonesia yang pada akhirnya berdampak pada keterlambatan pembangunan di Indonesia. Hal ini tentu tidak di inginkan, oleh karena itu marilah kita bersama-sama mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi. Dengan meningkatkan kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahirakan semakin baik mutunya dan akan membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.
DAFTAR RUJUKAN
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1983/1984.
Perencanaan Pendididkan.
Buku IIB Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V. Jakarta:
Ditjen Pendidikan Tinggi.
Forumsejawat. 2011.
Perencanaan Pendidikan (2), (Online).
(https://forumsejawat.wordpress.com/2011/02/01/perencanaan-pendidikan-
2/), diakses 14 Januari 2015.
Matin. 2013.
Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pres.
Prihantoro, R. 2010.
Arti Perencanaan Menurut Para Ahli, (Online)
(https://h0404055.wordpress.com/2010/04/02/arti-perencanaan-menurut-
para-ahli/), diakse 14 Januari 2015.
Rismayanti, W. 2012.
Masalah Perencanaan Pendidikan di Indonesia, (Online),
(http://winirismayanti.blogspot.com/2012/12/masalah-perencanaan-
pendidikan-di_15.html), diakses 15 Januari 2015.
Yogi, S. 2014.
Makalah Model dan Metode Perencanaan Pendidikan, (Online),
(http://yogisupra93.blogspot.com/2014/03/makalah-model-dan-metode-
perencanaan.html), diakses 15 Januari 2015.